Senin, 31 Desember 2012

Penyandang Cacat Pemimpin 2.500 Karyawan


13380945631976721666
Irma Suryati, Pengusaha Melawan Keterbatasan (dok. : http://indonesiaproud.wordpress.com/)
Peyandang cacat adalah orang-orang yang selalu terpinggirkan, peminta-minta, pelengkap kehidupan maupun hal-hal yang serba kurang mengenakkan yang didapatkan. Hal itulah yang selama ini kita lihat dalam keseharian. Setiap kali kita berkendara di lampu merah, biasanya disitulah mereka mangkal untuk sekedar meminta belas kasihan pengendara yang lewat. Jika ada suatu kabar berita / cerita tentang penyandang cacat yang sukses besar, ah itu khan hanya dalam cerita yang telah didramatisir.Jika pemikiran saudara seperti kalayak banyak kayak di atas, bersiap-siaplah untuk menanggung malu dan kecewa berat. Karena hal itu tidak pernah terjadi pada diri IRMA SUYANTI. Seorang penyandang cacat lumpuh kaki akibat polio ini. Suami dari Agus Priyanto ini mampu memutar balikkan keadaan yang selama ini ditasbihkan pada diri seorang penyandang cacat.
Melawan keterbatasan, ketidakadilan, pencibiran dan pelecehan
Saya beberapa kali menyimak secara detail wanita lulusan SMA 1 Semarang ini, melalui acara stasiun televisi maupun media online. Irma Suyanti mampu melawan terhadap keterbatasan, ketidakadilan, pencibiran maupun pelecehan yang selama ini disandangkan kepada sesamanya.
Sejak tahun 1999, selepas menikah dengan Agus Priyanto (seorang penyandang cacat juga), berusaha untuk melawan keterbatasannya melalui usaha mandiri yang bermanfaat. Ia berusaha memanfaatkan potongan-potongan kain (kain perca) menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat dan mempunyai daya guna yang lebih. Ia dibantu oleh suaminya membuat usaha keset dari kain perca yang didapatkan dari penjahit-penjahit dilingkungannya. Ditangan Irma dan suaminya, kain perca ini disulap menjadi keset yang menarik.
Pada awalnya, untuk pemasaran iapun menawarkan produknya kepada tetangga-tetangganya yang membutuhkan dan dijual ke pasar terdekat. Mungkin bias saja terjadi, pada saat awal melakukan pemasaran produknya ini, pembeli hanya kasihan kepadanya, sehingga membelinya walaupun tidak membutuhkan. Terkadang hal semacam ini menjadi dilematis terhadap pembeli, karena kasihan semata. Tetapi hal itu tidak menyurutkan semangat Irma dan suaminya untuk berusaha. Semakin lama usahanya semakin bertambah, maka iapun tidak mampu mengatasi permintaan pelanggan. Maka selanjutnya Irma dan suaminya mencari orang untuk membantunya. Pada awalnya ia mengoptimalkan temen-teman penyandang cacat untuk membantu memproduksi. Harapannya untuk memberikan bekal terhadap teman-teman senasib agar lebih produktif.
Lambat-laun ia mampu produk yang dihasilkan benar-benar mampu menjawab kebutuhan pasar. Sehingga produk yang dihasilkanpun semakin banyak dan semakin beragam. Tidak hanya keset saja, tetapi juga merambah produk-produk lain yang berbahan dasar kain perca. Pada akhirnya kebutuhan tenaga kerjapun harus terus ditambah untuk memenuhi kuota, sehingga harus terus menambah jumlah tenaga kerja. Hingga saat jumlah tenaga yang mengolah kain perca inipun telah mencapai 2.500 orang, dengan 150 orang di antaranya adalah penyandang cacat. Bahkan iapun menyediakan tempat menginap bagi penyandang cacat yang bekerja ditempatnya. Selain hal itu, iapun mengoptimalkan masyarakat sekitar desanya di Karangsari, Kecamatan Buayan Kabupaten Kebumen. Selain memberikan kesempatan kerja bagi masyarakat sekitar, Irma juga melakukan pendampingan untuk produksi bagi kelompok-kelompok kerja maupun secara individual. Pendampingan yang dilakukan Irma pun pada akirnya telah menyebar seluruh Kebumen maupun Jawa Tengah.
Sejalan dengan perkembangan usahanya, akhirnya berbagai kesempatan datang menghampirinya, termasuk perhatian dari pemerintah daerah maupun propinsi. Berbagai udangan untuk mengikuti pameran produk datang padanya. Di antaranya adalah kesempatan untuk memamerkan produknya di showroom miliki Kementerian Pemuda dan Olah Raga di Jakarta. Pameran produk di Melbourn Australia bersama Kemenporapun pernah dilakukan.
Dengan adanya pengenalan produk inilah, pada akhirnya produk dari Irma tidak hanya di dalam negeri saja, tetapi mampu menembus pasar ekspor. Hingga saat ini Irma telah mampu menciptakan puluhan jenis produk dari memanfaatkan kain perca ini. Kualitaspun terus ditingkatkan demi terjaganya produk dan memberikan kepuasan pelanggan. Hingga saat ini produk yang dihasilkan telah diekspor ke Australi, Jerman, Turki dan Jepang.
Irma telah menerima banyak penghargaan, antara lain Wirausahawati Muda Teladan dari Kementerian Pemuda dan Olahraga (2007), Perempuan Berprestasi 2008 dari Bupati Kebumen (2008), dan Penghargaan dari Jaiki Jepang, khusus untuk orang cacat (http://indonesiaproud.wordpress.com/). Dan yang terakhir adalah penghargaan dari SCTV Award 2012.
Terkadang hal kecil yang kita laksanakan kita padang sebagai hal yang besar
Dengan melihat hal semacam itu, dimanakah posisi maupun peran kita dalam melakukan pemberdayaan masyarakat yang ada di lingkungan kita ? Kita diciptakan lebih sempurna, tetapi apakah yang dapat kita perbuat untuk sesame ? Sudah selayaknya kita mencibir diri sendiri jika sampai detik ini kita tidak mampu bermanfaat bagi lingkungannya. Jika kita mampu berbuat hal yang sama dengan Irma, kita adalah termasuk orang yang merugi, karena kita diberikan nikmat Tuhan lebih lengkap dari pada Irma. Selamat merenungi dan tanyakan pada diri sendiri, apakah kita termasuk orang yang merugi ataupun tidak. Bagaimana menurut saudara ?